Rabu, 21 Desember 2011

Selamat hari Ibu


ayo, berhentilah sejenak. 
saya tahu, kita semua sibuk, mengejar dan dikejar waktu.
pekerjaan menunggu, pertemuan menanti, janji harus dipenuhi.
dan setumpuk pikiran yg membebani.

tapi, ayolahh, berhentilah sejenak.
pejamkan mata.
bentangkan tangan.
helalah nafas.
helaan nafas panjang penuh kelegaan.

mari sejenak kita mengenang ibu...
ketika pipinya berlinang air mata memeluk kita sakit (dulu).
ketika dia tersenyum penuh sayang melihat kita pertama kali berseragam merah (dulu)
ketika dia mencium ubun2, berbisik mesra, menggenggam kedua belah telapak tangan
'melangkahlah anakku... melangkahlah'

mari berhentilah sejenak.
kirimkan doa2 terbaik buat mereka.
sungguh, satu ibu yang hebat, akan menghasilkan satu generasi terbaik.
semoga mereka senantiasa disayang Allah.

SELAMAT HARI IBU

Kamis, 15 Desember 2011

Menulislah dengan Keyakinan Sederhana


Teman.., kita tdk pernah tahu. boleh jadi di sana... di gedung tinggi mncakar langit, apartemen2, padatnya kota hongkong, di sebuah kamar sempit, lelah setelah bekerja sepanjang hari, dimarahi majikan, kangen negeri sendiri, ada seseorang yg tertawa, menangis, tiba2 merasa begitu bersemangat.., memiliki inspirasi.., setelah membaca tulisan kita di blog, MP, notes FB.., dll

Teman.., kita tdk pernah tahu. boleh jadi di situ... di kolong jembatan, kota yg panas, gersang, tanah dgn onta dan korma, di balik dinding kardus. lelah setelah berminggu terkatung menjadi imigran tdk diinginkan, ada seseorang yg tertawa, menyeka pipi, buncah oleh pengharapan, setelah membaca tulisan kita.., salah seorang saudara kita yg jadi buruh imigran di arab, tersayat2 baik fisik dan hatinya, dihina, terusir seperti gelandangan, tdk ada yg mau mengurusi. blog, MP, wordpress, notes FB.., menjadi teman.

Teman..,kita tdk pernah tahu. boleh jadi, buronan besar kelas kakap itu, yg hampir dua tahun minggat, bersembunyi di negeri orang, selalu melepas kerinduan atas tanah air dari rumah kontrakannya, dengan membuka blog, MP, wordpress, notes FB kita...akan kembali sadar dan kembali..,

menulislah, karena yakin tulisan kita bisa merubah. 
menulislah, karena yakin tulisan kita bisa menghibur.
menulislah, karena yakin tulisan kita bisa menemani.

Soo.., menulislah, dgn keyakinan bahwa itu bisa merubah, menghibur dan menemani. jangan pedulikan jumlah komen, jumlah like, jumlah pengunjung. menulislah! karena dunia ini akan jauh lbh baik jika semua orang pintar menulis--bukan pintar bicara.., apalagi bicara kosong.

Selasa, 06 Desember 2011

Kamarku Ramai

Percakapan sunyi cicak
Hening bagai arca...  
semedi takzim laba-laba, khidmat bagai pertapa...  
desing nyamuk terbang rendah, sendu bagai serunai....  
seekor semut yang tersesat, bolak-balik, bolak-balik, bolak-balik (huhhh.., capek saya lihat gerakannya di dinding)....

duhai ya Azis
ternyata isi kamarku ramai... 
lihatlah, ada empat kehidupan lainnya di sini
kukira aku sendiri... 
di tengah remang malam ini,
cahaya lampu koridor menerabas kisi-kisi
memeluk bantal, sebal, sunyi...
duduk bersandarkan dinding dingin...
ternyata isi kamarku ramai...

Senin, 05 Desember 2011

Ternyata...Sesuatuuu..

Lama tak nulis.., saking lamanya ada yang bawa golok sambil bertariak, “ woiiiii, bang mana tulisannya?”

lahhh.., suka2 gue donkk. Knpa pula situ yang sewott..(hahaha..itu Cuma joke intro broo..).

Alhmdlah hri raya tahun ini masih sama sprti hari raya sblum2nya. Idul fitri tetap 1 syawal dan idul adha tetap 10 dzulhijjah (ingattt..,pnentuan hri raya ummat islam brdasarkan kalender hijriyah bukan masehi, jdi jgn ribut soal hri raya idul fitri tgl 30 atw 31 agustus yg lalu), rakaatnya sama2 dua, rakaat prtama sma2 tujuh tkbir n rakaat keddua sama2 lima takbir.., Cuma di kmpungku (waktu itu saya lebran di kmpung) agak sedikit riuh.., krn imamnya salah baca ayat pendek,  “ Qulyaa’aiyuhal kaafirun.., la’budu ma ta’budun.., wala antun a’bidu nama a’bud..wala an’a bidumma abadtum.. wala antun a’bidu nama a’bud...trusss...lakumdinukum waladdhollinnn..” sontak saja semua makmum menjawab “ amiiiinnnnn ” lhaaa pdhal itu kan surah al-kafirun, bukan pateha..

Sabtu, satu hari menjelang hari idul adha, pukul 16.00 WIB, gerimis masih turun perlahan. Sebenarnya aku malaasss beranjak..., seperti malasnya air di ujung dedaunan untuk jatuh.. lebih memilih matahari membakarnya menjadi uap.. atau seperti malasnya anjing2 laut berjemur.. nguik-nguik-nguik tak jelas, perut berlemak mereka cukup ngasih stock makan berhari2... seperti beruang yg tidur selama musim dingin.. (eiitt..knpa jadi puitis gini..)

atau seperti hari pertama (atau kedua) ketika orang2 kembali ke rutinitas.. malasssnyaaa ampun2an.. banyak nguap, banyak duduk2 gk jelas.. .kepala bengap, gak tahu mau ngapain, selain ber-mubazir ria dgn misalnya membaca postingan ini, hahahaha... mau dibilang apa? hidup ini penuh dengan kemalasan memang...

Ya Allohhh, ampuni BJ ya Alloh..,(haahaha..ini niru gaya doa Ba’im.., dsar korban sinetron).

Semoga hujan lekas redahh...krn sya harus segra berngkat. Lagian klu hujan trus ntar bawaannya mau tidur semua.. eh, tp seru kali ya, kalo satu kota Bengkulu sepakat utk tidur saja seharian ini...hehehe
Aku bulatkan tekad.., hari ini aku harus ke Curup, Kota Idaman (Kota Indah dan Aman..ahhh..itu mahh slogan bupatinya waktu kampanye doeloe...). Aku ingin sholat Id bareng adik2 di asrama Panti Asuhan Aisyiyah Taman harapan.,smbil bercengkramah, bercerita dan lepas kangen setelahnya.

16.30, Aku beranjak menuju pintu. Memandang ke luar. Gerimis masih turun perlahan. Aku menghela nafas panjang. Tanganku pelan menyentuh stang motor. Dingin seketika menyergap ujung jari. Mengalir ke telapak tangan melalui pergelangan, menerobos siku, bahu, kemudian tiba di hatiku...(knpa pula nyangkut ke hati... hehe)
Membekukan perasaan
Mengkristalkan semua keinginan
Dan
Caaaww....

Pukul.., 20.00. aku sudah sampai tujuan.
Beduk ditabuh bertalu-talu. Dalam irama berupa-rupa. Sedikit kasidah, menyerupai orkes melayu. Dangdut sedikit ngerock, pop mellow juga ada. Bukankah tidak ada standar baku dalam hal menabuh beduk? bahkan di mushollah sebelah gang, ada yang pakai gaya jazz full-swing segala, ada juga di surau pojok jalan, pakai gaya pop rege ala Bob Marley...
Malam ini malam takbiran

Senang melihat Mulut-mulut mendesah atau malah berteriak seperti adik-adik asrama yang berebut mik...

Aku beranjak mendekati salah seorang dr mereka.., sebut  saja namanya Dayat. Hidayatullah lengkapnya. Bocah berusia 7 tahun yang sejak kecil ditinggal kedua orangtunya. Dan oleh neneknya dititipkan ditempat ini. Besar harapan, Supaya menjadi orang kelak, semoga.

Dia sedang duduk termangu, tidak bergabung atw berteriak sprti teman2nya yang lain

“ ehh..Dayat  npo dak gabung kek kwannyo? ” aku memulai.
“ tobo tu dak galak ngajak dayat bang..”

(untuk percakpan sterusnya trpaksa sya rubah dalam  bahsa indonesia krn ribettt klu hrus pkae versi aslinya..)

" yeee..kan dayat bs gabung.., mesti harus diajak “

“ maless bang.”

“ y udah klu malas.., sini duduk smbil cerita sm abang aja y.., oy gmna tdi di sekolah, serruuu gak”

“ seru apanya bang.., bu gurunya  marah2 sama dayat..”

 emng knapa bu gurunya marah2.. Mungkin krn dayat yg nakal tuhh..

“ ennggak kq bang..!!”
 trusss knpa coba..?

“ emmm.. gini bang. Tdi kan dayat dan teman2 sekelas disuruh nyanyiin lagu 17 Agustus satu persatu ke depan kelas...”

Tujuh belas agustus tahun empat lima..Itulah hari kemerdekaan kita..dst..
“ teman dayat yg pertama lancar nyanyinya.., trus teman kedua jg lancar bang...”

“ nahh..pass giliran dayat.., dayat nyanyinya gini., ‘Enam belas agustus tahun empat lima..besoknya hari kemerdekaan kita...dst

Hahahahhaa....kontan sj aku tertawa..,ini anak kreatif bgt.

“ tuuhhh kn abg jg ngeledekin Dayat.., eh tpi ada teman Dayat yg lebih parah lgi., dia nyanyinya gini...’ sepuluh agustus tahun empat limaa.., seminggu lagi hr kemerdekaan kita...dst”

Wwkwkwkwkk.., aku tambah tertawa smbil memegang perut. Ntah dr mana dia dpat inspirasi tuhh laguu..

“ aiii..abg tertawa truss.., kan sama aja bang.., klu tgl 10, berrti sminggu lgi hri kemerdekaannya dn klu tgl 16 berrti besokny hri kmerdekaan..”

Setelah aku jelaskn panjang lebar.., akhirnya dia ber “oooo..” smbil tersenyum.
ya Allohhh.., lihatlah wajah polos di depanQ ini..,dia masih tersenyum indahh. Aku yakin suatu saat nnti dia akn tumbuh.., tumbuh menjadi generasi terbaik dg pemikiran2 kreatif... dn tentu saja disertai akhlak mulia. Aku tidak menemukan rona kesedihan dimatanya.., yg ada hanya rasa ingin tahu yg tinggi...

Maka ketahuilah kawan..,itulahh rahasia Tuhan. Ternyata..,sesuatuuu...
Hohoohoooo...

Rabu, 30 November 2011

Desember


Horee!! Kita tiba lagi di bulan desember.. terusterang saja, diantara 12 bulan dalam tarikh masehi (bukan hijriyah, ya); selain Agustus (yg adalah bulan lahir saya), desember adalah favoritku..!!

bukan! bukan karena desember adalah bulan penghujan.. dimana hampir setiap malam, atap genteng diterpa hujan sehingga menjadi lantunan nyanyi merdu penghantar tidur.. menatap keluar melalui kisi2 jendela, kristal air menggantung di mana2, terasa melankolis nan romantis.. bukan karena itu..

bukan! bukan pula karena desember di kampung sy nun di perbatasan sana adalah awal musim buah2an.... berkeranjang2 manggis.. tak berbilang duku, langsat, rambutan, siap menggoda mata.. ah, bekejaran mencari cempedak jatuh..

bukan pula karena setiap desember adalah saat bonus akhir tahun tiba... pembayaran royalti, atau apalah.. juga bukan karena desember masa2 persiapan  UAS, lah, nggak mungkin itu jd bulan favorit.. bukan pula karena desember, adalah saat yang tepat untuk bertamasya, melakukan perjalanan akhir tahun (kadang perjalanan panjang, kadang juga pendek); .. bukan pula karena desember, menurut catatan menjadi bulan perdamaian.. men-settle masalah2, boikot, ancam-mengancam.. dan tentu saja bukan pula karena desember ini biasanya sindrom 'desember blue'.. ehiya ya.. setiap desember, saya selalu jatuh hati... hahaha..)

yang jelas karena alasan formal ( sy mencoba sok keren..hehehe) : desember adalah penutup tahun, dimana tahun depan kita berharap kehidupan akan lebih baik, ekonomi lbh cerah, rezeki lbh lancar, dbsgnya, dan seterusnya...

Ahhh..apakah ini tidak terlalu berlebihan..

Minggu, 07 Agustus 2011

Senyum yang Memudar


Hari ini, sempurna istimewa.

Aku kebanjiran ucapan serta doa-doa. Ada yang berdoa supaya sukses, semoga perkerjan lancar dan ada pula yang iseng berdoa moga cepat dapat jodoh. Ah..,ada-ada saja.
Di kamarku, ada sedikit tumpukan kado yang sebenarnya tidak pernah aku harapkan apalagi sampai aku minta. Tapi tak apalah, di atas semua itu aku sangat berterima kasih atas perhatian mereka. Ternyata memang asyik punya banyak teman dan saudara seperjuangan. Semoga esok lusa aku diberi sedikit kelapangan rizki untuk membalas kebaikan mereka.  

Dan yang paling penting, hari ini, hatiku masih berbunga-bunga, merekah seindah mawar. Tengoklah, dia masih tersenyum kepadaku, masih dengan senyum cerahnya. Secerah sang mentari dhuha.

Dengan bisikan pelan dia bertanya kepadaku.

“ Abang ingin hadiah apa?”

Aku menggeleng. Jarak kami hanya selangkah.

Aku beranjak menuju jendela. Memandang ke luar. Gerimis mulai turun perlahan. Aku menghela nafas panjang. Tanganku pelan menyentuh kaca jendela yang berembun. Dingin seketika menyergap ujung jari. Mengalir ke telapak tangan melalui pergelangan, menerobos siku, bahu, kemudian tiba di hatiku.
Membekukan perasaan
Mengkristalkan semua keinginan
Sore ini, aku ingin menangis dalam kebahagiaan ini.

***
” ayolah, abang ingin hadiah apa? Ini kan hari spesialmu,”
Dia bertanya lagi.

Aku tetap menggeleng. Tidak. Aku tak ingin hadiah apa-apa. Lebih tepatnya, sejak kecil aku terbiasa dibesarkan tanpa hadiah, kejutan dan sejenisnya. Bagiku hadiah hanya berbentuk cerita-cerita menarik dari Bapak, dan masakan spesial mamak serta jenis hadiah yang tidak lazim yang kalian banyangkan.

” Abang sungguh tidak ingin hadiah apa-apa?” dia mencoba menggodaku.

Aku terdiam sejenak.

” Sungguh, abang tidak mengharapkan apa-apa. Abang hanya ingin Lili lekas sembuh,” aku menjawab terbata-bata.

Dia masih tersenyum. Menatapku. ” itu bukan hadiah bang, itu keniscayaan,”

Aku tertegun. Aku tak mengerti. Perkataan macam apa itu. Mengapa dia bicara tentang keniscayaan. Bukankah selama ini dia selalu cerita tentang sebuah optimisme. Tentang janji-janji masa depan.

Memang, beberapa bulan terakhir, dia terbaring lemas di atas tempat tidur. Dokter sudah memvonis sakitnya. Lihatlah, badannya mulai tampak kurus. Sakit itu perlahan menggerogoti tubuhnya. Padahal dulu ia adalah wanita  yang sangat enerjik, kreatif, brilian, aktivis mahasiswa, dan sungguh dia sangat ramah pada setiap orang.

Kawan, coba bayangkan, kali ini, dalam kedaan terbaring lemah dia masih sempat membuatku tersanjung.

” Bang, tersenyumlah. Tersenyumlah untukku ”
” Oya..apakah abang tahu. Abang adalah laki-laki yang baik. Teramat baik malah. Aku yakin, kelak, pasti sangat beruntung wanita yang mendampingimu, ”

C-u-k-u-p

Sungguh semua itu tidak akan berarti apa-apa tapna kesembuhanmu

Ya Allah.., lihatlah, Dia pandai sekali. Amat pandai membesarkan hati orang lain. Padahal aku tahu persis dia sedang menangis dalam senyumnya.

Tapi Mengapa, Tuhan? M-e-n-g-a-p-a ?

Ya tuhan.., jika hari ini aku berhak mengajukan sebuah permintaan, maka aku punya sebuah permintaan sederhana. Ya..,sangat sederhana. Tak lebih. Tak banyak, tak pula istimewa. Aku hanya ingin dia sembuh seperti sedia kala. Aku ingin kembali melihat senyum merekah di wajahnya. aku ingin dia merasakan sepotong kebahagian itu sekali lagi.

Dan sempurna. Saat bulir pertama airmataku jatuh, di luar hujan turun lebih deras. Petir menyambar terang menyilaukan. Berpilin-pilin. Langit entah darimana datangnya mulai terkepung awan hitam. Gelap. Guntur memekakkan telinga. Sungguh kacau balau keadaaan di luar sana. Sekacau suasana hatiku.

Manusia hanya berikhtiar, namun kehendak penguasa langit juga yang berlaku.



Rabu, 08 Juni 2011

Sedikit Falsafah

1. hanya orang2 yg suka ber-lebih2anlah yg punya sepatu/sandal mahal, apalagi malah mengkoleksinya... karena ketahuilah, saat kalian sedang ramai berpesta, berlalu-lalang di mall, di lobby2 gedung, kurang dari 1% orang yg sempat melirik kaki kalian.. coba buktikan datang ke sebuah acara ramai.. bahkan tdk ada yg nyadar kalau engkau datang cuma nyeker...

2. bahkan motivator paling ulung, group band paling ngetop, orator kelas berat, pernah (dan lumrah saja masih sering) grogi saat tampil di depan umum... jadi santai sajalah, tdk usah cemas... jgn lupa baca bismillah...

3.  hidup ini adalah ujian... kenapa begitu? karena meski kita semua tahu ujian itu berat dan menyebalkan... orang2 tetap saja sibuk membuat UTS, UAS, ujian nasional, ujian cawu-an, ujian les, dsbgnya...

4.  kalau kau ingin mengenali karakter orang dgn cepat dan tepat, perhatikan saja saat ada kejadian yg membuat panik, kaget, atau menakutkan tiba2... dengarkanlah kata yg diucapkannya... perhatikanlah ekspresi wajahnya...

5. Kalau qt  ingin tahu seberapa taat seseorang dgn sunnah Rasul... maka perhatikan ketika ia berwudhu... seberapa besar ia membuka keran air...

6. Teman, salah-satu syarat mutlak agar kau bahagia adalah: kau bahagia dan (memang) berbahagia melihat orang lain (teman, saudara, bahkan musuh) hidup lebih beruntung.

7. Cinta sejati tdk pernah datang dari satu-dua kejadian... satu-dua kalimat... cinta sejati adalah konsistensi dan komitmen panjang... dan kau tahu, sayang... ibu adalah cinta sejati-mu (soo..berhentilah meng-gombal-i anak gadis orang).

8.  kelak jika qt sukses, jgn pernah melawan, atau bahkan bertengkar dengan bapak, dan juga sekali-kali... jangan pernah sekali2 bilang 'ah' pada ibu-mu...

9. Jangan habiskan waktu untuk berdebat, sedikitlah bicara.. ahiya, karena besok saat kau besar dunia sudah banyak berubah, jgn habiskan waktumu utk 'menulis' mendebat sesuatu..

10. kalau ingin kaya, jadilah pedagang... jgn pernah jadi PNS, pejabat, guru, hakim, polisi, dsbgnya... itu tdk akan pernah membuat kau kaya... hanya koruptor2lah, pencuri uang yg kaya dgn profesi PNS!!!

11. kalau kau ingin hidup tenteram, tenang, maka jadilah petani (sebenar2nya petani)...

12.  Berpetualanglah melihat dunia... meski hanya ke kampung sebelah, meski sempat ke kota sekitaran, itu sudah awal yg baik untuk mengenal kehidupan orang lain... dgn berpetualang, akan semakin dewasa.. dan jelas, orang tdk bisa menceritakan lbh banyak soal dataran tibet sana dibanding qt melihatnya sendiri..

Minggu, 24 April 2011

BANGSAT


Aku berseru, menghentakkan sebuah Koran nasional ternama di tanganku.
Pramugari bahkan hampir saja menumpahkan kopi dari tekonya. Penumpang kelas eksekutif menoleh. Dan karena dua pejabat tinggi  itu persis di sebalah bangkuku, mereka orang pertama yang melongok padaku.
“Maaf, astaga, maaf aku sungguh tidak bermaksud demikian.” Aku mengangguk penuh penyesalan. menoleh ke sebelah, menatap mereka sambil menggeleng pelan.
“Maaf, aku sedang membaca berita, lihat, astaga, apa yang mereka tulis di koran ini? Wakil Rakyat kerjanya menghabiskan duit rakyat. Bergantian pergi plesiran ke luarg negeri.
Aku menghela nafas, benar-benar menyesal telah memaki di depan orang-orang berpendidikan.

Peraturan pertama: jika kalian ingin menarik perhatian seseorang (apalagi dua orang) dengan level yang sudah terlalu tinggi dibanding kalian, maka lakukanlah dengan cara ekstrem.


Peraturan kedua: dalam situasi frontal, percakapan terbuka, maka cara terbaik menanamkan ide di kepala orang adalah justru dengan mengambil sisi terbalik. Untuk sebuah kasus netral, yang boleh jadi orang tertentu sudah memiliki pendapat dan keberpihakan, ketika dia masuk dalam pembicaraan di mana salah-satu pihak terlalu kasar, terlalu menyerang, terlalu naif dan penuh kemarahan, orang yang telah memiliki pendapat dengan cepat bisa jadi mengambil posisi berseberangan tanpa dia sadari—dengan alasan mulai dari tidak mau kalah, ingin terlihat bijak; hingga alasan lainnya.
Sesungguhnya kita semua bereaksi sama dalam setiap percakapan, perdebatan, tidak peduli kalian pejabat tinggi negara, eksekutif perusahaan besar, atau sekadar sopir angkutan umum yang mangkal di perempatan atau pengangguran di kedai kopi.
Dua pejabat tinggi itu masih menoleh padaku, menyelidik sejenak. Ini detik yang krusial. Mereka bisa saja sekejap tidak tertarik membahasnya. Urung, berpikir cermat, buat apa menanggapi makian rekan satu pesawat, ada banyak yang harus dipikirkan, urus saja masalah sendiri—peduli amat dengan tampilannya yang meyakinkan.
Aku harus segera bertindak sebelum dua orang di sebelahku ini kembali sibuk dengan pembicaraan mereka sendiri.
“Ini benar-benar kacau balau. Seharusnya pihak terkait, KPK, BPK lebih tegasApa saja kerja mereka selama ini? Lihatlah, anggota terhormat itu semakin tertawa menang.” Aku mengusap wajah, memasang wajah amat kecewa.
Nah, dengan kalimatku barusan, aku jelas sudah memecahkan bisul percakapan.
Inilah peraturan ketiga, peraturan paling penting : dalam sebuah skenario infiltrasi ide, jangan pernah peduli dengan latar belakang lawan bicara kalian. Konsep egaliter menemukan tempat sebenar-benarnya. Bahkan termasuk ketika kalian wawancara pekerjaan misalnya, sekali kalian merasa adalah ‘orang yang mencari pekerjaan’, sementara mereka yang menyeleksi adalah ‘orang yang memegang leher masa depan kalian’, maka tidak akan pernah ada dialog yang sejajar, pantas, dan mengesankan.
Aku sudah memulai percakapan itu dengan pembukaan ‘gambit menteri’ dalam pertandingan catur. Maka hanya soal waktu, percakapan seru selama satu jam itu bergulir.
“Tentu saja ini bukan semata-mata salah mereka. Dalam sistem paling baik sekalipun, ketika ada individu yang memang sudah jahat dari awal, dia bisa mengakali banyak hal. Usaha preventif, alert peringatan dini, peraturan-peraturan pencegahan, audit berkala, itu semua menjadi sia-sia. Bahkan sebenarnya kita sudah punya peraturan yang melarang kriminal menjadi pejabat public.” Dua pejabat tinggi itu berusaha menjelaskan dengan arif—meluruskan kalimat kasarku lima menit lalu.
Aku mengangguk mengamini.
“Situasi sekarang rumit, anak muda. Kau boleh jadi benar, kita sudah seharusnya menyelidiki kasus ini. ketika bola panas ini belum bergulir.” Lima belas menit berlalu, mereka sudah tahu namaku—demi sopan-santun pembicaraan, aku memperkenalkan diri.
“Tetapi sebenarnya mereka adalah perampok besar, Pak. Dan ibarat rumah, gedung itu aadalah rumahnya para perampok besar. Di mana letak rasa keadilannya?” Aku pura-pura masih tidak terima, tiga puluh menit pembicaraan, gelas kopi kedua dari pramugari terhidang.
Pejabat itu tersenyum, menggeleng, “Kau tidak mengerti permainan politik, John. Aku paham apa yang kau maksud, anak muda seperti kau terkadang terlalu emosional. Boleh jadi gedung itu adalah rumah perampok, tapi ketika dia terbakar di tengah angin kencang, musim kemarau krisis dunia, kalau kita biarkan sendiri, apinya akan menjalar ke rumah-rumah lain, bahayanya akan lebih besar lagi. Jadi pilihan terbaiknya boleh jadi memadamkan api rumah itu dulu. Urusan menangkap rampok, mengambil harta yang pernah dia rampok, tentu saja harus dilakukan sesuai koridor hukum yang ada.”
Aku menghela nafas, masih hendak membantah.
“Jangan lupakan satu fakta kecil, John, Kalaupun mereka pergi ke luar negeri, bukankah maksudny baik. Mereka melakukan study banding. Mereka ingin melihat etos kerja, kebudayaan dan bahkan system perekonomian negera tujuan. Nahh di harapkan, usai  itu, pemerintah kita bias meniru yang baik dari hasil studi banding tersebut, “ Pejabat yang satu lagi coba meyakinkan.
Empat puluh lima menit berlalu, sebentar lagi pesawat mendarat, hanya soal waktu tanda safety belt kembali menyala. Dua pejabat itu sempurna sudah ‘menguasai’ pembicaraan, berhasil memberikan pemahaman yang baik kepadaku tentang wisdom dan berhentilah kasar menilai. Kebijakan bukanlah ilmu pasti, sepintar apapun kau.
“Kita tidak tahu. Belum.” Pejabat itu menggeleng takjim, “Boleh jadi besok siang, boleh jadi besok malam, KPK akan menggiring mereka ke jeruji besi. Hari ini seluruh media massa seperti sudah tahu rilis terbaru dari kedok studi banding itu. Oh..,iya, rasa-rasanya aku pernah bertemu dengan kau, John?”
Aku ikut tertawa, “Mungkin kita pernah satu pesawat, Pak. Dan Bapak waktu itu juga pernah melihat anak muda yang mengeluarkan makian.”
Mereka berdua tertawa.
Lampu safety belt menyala. Pesawat yang kami tumpangi siap mendarat. Satu-dua kalimat basa-basi penutup percakapan, “Terima-kasih banyak atas pembicaraan yang hebat ini, Pak. Aku jadi memahami banyak hal.” Aku mengangguk. Mereka tersenyum.
Di lorong garbarata turun dari pesawat, salah seorang pejabat itu sempat menepuk bahuku, “Aku tidak mungkin salah. Aku pernah bertemu dengan kau, John. Kau ikut hadir di konfrensi di Jenewa, bukan? Kau bangsat, John, eh maksudku anak muda yang berkelas. Esok-lusa, siapa tahu jika kau tertarik menjadi pejabat publik, kau bisa menjadi pejabat yang lebih baik, berani, dan taktis dibanding kami. Ini antara kau dan aku saja,”.
Teringat masa kulyah. Dulu waktu masih aktif di kampus, kami selalu dipanggil BANGSAT.., karena biasa, mahasiswa  paling pintar, kritis dan berani mengambil resiko dipanggil dengan sebutan bangsat. Kalimat makian kau tadi mengingatkanku banyak hal.