Minggu, 20 Maret 2011

Bumi Seribu Domba


Di tempat ini, di bumi seribu domba, padang rumput luas membentang sejauh mata memandang. Ini adalah anugrah..
Di tempat ini, di bumi ketika kembang2 bermekaran membuat putih langit, harum semerbak menyergap hidung. Ini harus disyukuri…
Tengoklah..,pengembala, anak2 bertelanjang dada berkejaran, sebungkus nasi di balut daun pisang untuk bekal siang ini. Nyala api dan tertawa riang…
Kami jumlahnya berates., beribu bahkan berjuta…
Gergenerasi..,berbilang kakek, kakeknya kakek.., bermoyang.., moyangnya moyang hingga ke atas-ke atasnya lagi..
Beranak pinak, berbilang cucu, cucunya cucu.., berpiut.., piutnya piut,, hingga ke bawah- ke bawahnya lagi…
Hirarki panjang rantai keturunan.., tp apapun itu kami adalah satu..
Hingga masa itu tiba..
Lebih kelam dibandingkan ambisi Jengis Khan yang ingin menguasai benua timur menjadi satu dibawah kakinya..
Lebih kejam dibandingkan serbuan invasi ratusan ribu prajurit hitler dan Stalin yang tidak cukup puas dengan tanahnya..
Sungguuh menyedihkan.. karena itulah, saat saat padang rumput kami ditadangi musuh yg tidak bias ditusuk perutnya, tidak bisa dirantai tangannya.., bahkan tidak bs dilihat wajahny…
Badai menyergap negeri kami…
Gempa melanda negeri kami..
Lahar menyeruak keluar dr penut bumi kami..
Wahai Lihatlah.., badai datang bergelung tinggi.., kelabu jingga, mengerikan.., menggulung kuda, menarik domba.., tenda, tungku anak2 mereka…
Berhenti sejenak hanya untuk membiarkan kami menatap gelimpang sisa ganasnya..
Setahun berlalu, kami hanya bisa meringkuk ketakutan di lubang2 tanah persembunyian berharap semua akan berhenti..
Tapi itu tidak pernah kunjung jadi..
Negeri ini seperti sudah dikutuk bumi.
Hingga saat asa tak lagi bersemi..
Hingga mimpi tak lagi datang..
Hinga tak ada lagi bunga bermekaran..
Tak ada lagi rumput bertumbuh..


Nota : tadinya aq ingin bikin tulisan in I macam gurindam 12 khas melayu.., kata2nya berunut berirama…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar