Jumat, 02 Mei 2014

Dipersimpangan

Pada mulanya aku mengawali dari satu batang yang sama. Itulah kelahiran. Kemudian batang pohon itu bercabang. Di persimpangan itu aku harus memutuskan cabang mana yang harus ku pijak. Selanjutnya cabang pohon itu kembali terbagi menjadi ranting-ranting yang lebih kecil. Kemudian, aku juga harus memutuskan kembali ranting mana yang harus kujadikan pegangan. Ranting pilihanku harus cukup kuat untuk menahan, sehingga aku tidak terhujam ke bumi sebelum waktunya.

Persimpangan akan melahirkan pilihan, selanjutnya pilihan akan menghasilkan persimpangan baru. Proses ini terus berjalan hingga berjumpa pada titik akhir. Hidup hakikatnya adalah hasil perjumlahan dari pilihan-pilihan. Sedangkan pilihan hendaknya adalah hasil kalkulasi dari proses zikir dan fikir.

Ada masa dimana kita dipaksa untuk membuat keputusan di tengah lautan bergelombang. Dulu, Masa-masa remaja  awal merupakan bentuk dari persimpangan yang harus dilayari dengan penuh kegalauan. Walaupun tubuh kita cukup besar untuk disebut sebagai anak-anak, namun terkadang kapasitas mental belum cukup mampu untuk meraih kedewasaan secara utuh. Remaja, jiwa dan tubuh kecil mengambang di muara sugai yang menuju laut lepas yang menawarkan berbagai pelabuhan untuk bersinggah. Periode disebut sebagai tahapan “ operasional formal”.  Pada fase ini kita mulai beralih dari berfikir kongkrit dan spesifik menjadi berfikir abstak dan logis.

Pada masa ini kita sedang dihadapkan pada sejumlah persimpangan yang menentukan. Informasi, abstaksi dan sistem  logis menggiring ada satu pilihan. Tidak ada hal yang lebih mencekam selain membuat keputusan di tengah situasi yang sulit. Di tengah terpaan badai hormonal yang bergejolak. Timbul pertanyaan di benakku yang bercetak tebal “ Pilihan Mana Yang Harus Ku Ambil ?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar