Pada mulanya aku mengawali dari satu batang yang sama. Itulah
kelahiran. Kemudian batang pohon itu bercabang. Di persimpangan itu aku harus
memutuskan cabang mana yang harus ku pijak. Selanjutnya cabang pohon itu
kembali terbagi menjadi ranting-ranting yang lebih kecil. Kemudian, aku juga
harus memutuskan kembali ranting mana yang harus kujadikan pegangan. Ranting pilihanku
harus cukup kuat untuk menahan, sehingga aku tidak terhujam ke bumi sebelum
waktunya.
Persimpangan akan melahirkan pilihan, selanjutnya pilihan
akan menghasilkan persimpangan baru. Proses ini terus berjalan hingga berjumpa
pada titik akhir. Hidup hakikatnya adalah hasil perjumlahan dari pilihan-pilihan.
Sedangkan pilihan hendaknya adalah hasil kalkulasi dari proses zikir dan fikir.
Ada masa dimana kita dipaksa untuk membuat keputusan di
tengah lautan bergelombang. Dulu, Masa-masa remaja awal merupakan bentuk dari persimpangan yang
harus dilayari dengan penuh kegalauan. Walaupun tubuh kita cukup besar untuk
disebut sebagai anak-anak, namun terkadang kapasitas mental belum cukup mampu untuk
meraih kedewasaan secara utuh. Remaja, jiwa dan tubuh kecil mengambang di muara
sugai yang menuju laut lepas yang menawarkan berbagai pelabuhan untuk bersinggah.
Periode disebut sebagai tahapan “
operasional formal”. Pada fase ini kita mulai beralih dari
berfikir kongkrit dan spesifik menjadi berfikir abstak dan logis.
Pada masa ini kita sedang dihadapkan pada sejumlah
persimpangan yang menentukan. Informasi, abstaksi dan sistem logis menggiring ada satu pilihan. Tidak ada
hal yang lebih mencekam selain membuat keputusan di tengah situasi yang sulit. Di
tengah terpaan badai hormonal yang bergejolak. Timbul pertanyaan di benakku yang
bercetak tebal “ Pilihan Mana Yang Harus Ku Ambil ?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar