Senin, 09 November 2015

Moga Menginspirasi

" Berkilaulah.., Kita di lahirkan tidak hanya untuk diri sendiri, namun juga harus mampu menginspirasi "

Motto inilah yang melecut saya untuk ikut mendaftar ke program ini. Selain itu, sewaktu saya mondok di yayasan Muhammadiyah 7 tahun silam, pengasuh pernah memberikan wejangan tentang fadilah berbagi, yaitu "  Ada 2 hal di dunia ini yang ketika dibagi atau diberikan kepada orang lain, maka dia tidak akan berkurang, bahkan akan bertambah berkali lipat, 2 hal tersebut adalah Harta dan Ilmu....
Maka bertambahlah telah keyakinan ini. Namun karena saya kembali menjadi mahasiswa yang notabene harta terbesarnya adalah masih berupa idealisme, maka saya pun akan berbagi dengan sedikit ilmu yang pernah saya pelajari.  Juga, Ada hal lain yang ingin saya tularkan. Saya punya kisah tentang perjuangan Seorang anak yatim piatu dari  desa perbatasan yang mempunyai mimpi untuk mengenyam pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Mungkin ini akan sedikit menginspirasi. Orang bijak berkata,  experience is the best teacher.  
Terlahir di sebuah desa terpencil di pulau Sumatra tepatnya di Desa Kota Padang perbatasan antara Provinsi Bengkulu dengan Sumatera Selatan. Di usia 4 tahun saya ditinggal wafat oleh ayah,  dan di usia 10 tahun harus merelakan ibu dipanggil sang ilahi.  Saat itu saya sedang duduk  di kelas 4 SD. Teman, Bisa kalian bayangkan anak umur sepuluh tahun harus  berjuang tanpa ayah, ibu, dan tanpa ada warisan harta sedikitpun ??? Jangankan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, untuk bertahan hidup saja tidak terbayangkan.
Maka jadilah, setiap pulang sekolah saya harus bekerja serabutan di kebun untuk menjadi buruh potong rumput, pungut kopi, mengantarkan makanan. Hanya demi bayaran sebesar Rp. 2.500,-.  saya harus memikul beban keluarga, karena saya masih punya seorang adik yang berumur 7 tahun dan seorang kakak perempuan yang masih berusia 14 tahun.  Saat itu saya tidak pernah mengharapkan sesuatu yang muluk-muluk, saya hanya berfikir bagaimana bisa belajar di sekolah, setelah pulang, bagaimana agar mendapatkan sedikit uang untuk makan esok hari.
Tahun 2002,  Allah berkehendak lain.  Saat itu aku duduk di kelas 5 SD. Bu Darmawati sedang menjelaskan tentang  pelajaran matematika,  tiba-tiba saya di panggil ke ruang kepala sekolah.  Ternyata pihak sekolah, tanpa sepengetahuanku menghubungi sebuah Yayasan di Kota Kabupaten untuk mendaftarkan namaku.
" Jay, besok kita berangkat ke kota Curup. Kamu akan sekolah disana. Jangan cemaskan tentang biaya. Semua sudah di atur. Semua dokumen siang ini juga bapak siapkan. Belajarlah yang baik.., raih mimpi-mimpimu... "  terang pak Asmoni sang kepala sekolah. 
Sungguh Kuasa Allah begitu besar. Di Yayasan Panti Asuhan Aisyiyah Muhammadiyah itu saya belajar banyak hal. Tetang agama, budi pekerti, tentang kedisplinan, tolerasi, persaudaraan, keterampilan hidup.
Suatu subuh, Bang Mardi sang pengasuh asrama berpesan " Adik-adikku.., Berkilaulah.., mungkin kita di lahirkan dengan segala keterbatasan, namun itu tidak akan menghalangi kita untuk bermimpi besar. raihlah mimpi-mimpimu, tapi ingat hidup ini bukan untuk diri sendiri, namun juga mampu berbuat banyak untuk orang lain. khoirunnas anfa'uhum linnas, jadilah inspirasi ..."
Terinspirasi oleh abang pengasuh, saya pun menuliskan mimpi-mimpi saya dalam kertas dan menempalkannya di dinding kamar saya. Saya percaya dengan menuliskan mimpi-mimpi tersebut, berusaha keras mengejarnya, berbuat baik untuk orang lain, dan terus berdoa kepada Allah, maka mimpi-mimpi tersebut akan dapat tercapai. Hingga hari ini, satu persatu mimpi-mimpi tersebut dapat terwujud lebih cepat dan jauh lebih indah dibanding yang saya bayangkan.
Saat SMP dan SMA saya berkesempatan dapat beasiswa penuh dari Bupati Kabupaten Rejang Lebong. Saat Kuliah S1 saya mendapat beasiswa penuh dari Bupati Kabupaten Kepahiang. Dan sekarang saya berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke program pasca sarjana fakultas MIPA Instutut Pertanian Bogor (IPB) kelas internasional Program Studi Magister Science in Information Tecknology for Natural Resources Management .
Sebelum memutuskan untuk kembali belajar, saya juga pernah bekerja sebagai wartawan lepas sebuah surat kabar, kemudian menjadi asisten dosen di sebuah perguruan tinggi swasta di Provinsi Bengkulu selama 2 tahun, selain itu juga pernah mencoba usaha, mulai dari warnet, rental PS, percetakan dan foto kopi hingga mencoba belajar di usaha pengembang perumahan, walapun belum maksimal. Namun inilah proses belajar.
Tanpa bermaksud mengharapkan iba, saya tulis cerita singkat tentang perjalanan saya ini murni untuk menginspirasi dan berbagi semangat untuk mengejar mimpi.  Saya berkeyaninan bahwa semua anak mempunyai hak yang sama untuk bermimpi dan meraih mimpi itu tanpa tebatas jurang ekonomi, strata sosial, suku ras dan agama. Saya ingin satu visi yaitu “ Membaikkan Indonesia dengan mimpi mimpi besar, prestasi dan dengan moral berbudi dan peduli ”.  Ini adalah cita-cita yang membutuhkan “nafas panjang”.
Menilik dari Pengalaman inilah yang menjadi pemicu dan passion saya untuk berbagi semangat. Di beberapa kelas tempat yang mengajar, saya selalu menularkan semangat untuk bermimpi dan mengejarnya. Saya berikan dengan metode ceramah untuk menggali dan “mengompori” teman-teman agar mampu berimajinasi luas untuk bermimpi dan mewujudkannya. Seusai memberi materi, saya selalu mengajak teman-teman untuk menuliskan mimpi-mimpi yang akan dicapai dalam beberapa tahun yang akan datang. Setelah itu, saya mengajak teman-teman tersebut untuk menutup mata selama 1 menit dan mencoba membayangkan seandainya mimpi-mimpi tersebut tercapai. Sungguh kebahagiaan akan datang melingkupi seandainya mimpi tersebut terpenuhi. Dan saya tutup dengan mengajak teman-teman untuk berikrar dan berteriak lantang mengucapkan mimpi-mimpinya agar kepercayaan diri untuk mewujudkan mimpi-mimpi tersebut datang dan mengakar kuat di hati dan pikiran mereka. Saya selalu merinding setiap kali mendengarkan ikrar dari peserta didikku. 

Pemerataan Pendidikan Masih Jauh

Sesuai ikrar para founding father bangsa ini yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yaitu " mencerdaskan kehidupan bangsa ". Ini berarti, Janji pendidikan itu ditujukan untuk semua warga bangsa Indonesia dari sabang sampai maraoke, tanpa melihat latar belakang daerah, ekonomi, strata sosial, ras, agama.

Namun Saat ini, harus kita akui bahwa pendidikan di Indoensia itu masih belum merata.  Fasilitas dan akses pendidikan yang memadai masih terpusat di Jawa dan kota-kota besar. Sedangkan di daerah-daerah terluar dan terdalam, fasilitas pendidikan masih jauh dari kata memadai. Seperti contoh di pedalaman belitong, pedalaman papua, atau sebuah kecamatan di pulau enggano Provinsi bengkulu, Jangankan untuk akses informasi berupa komputer dan internet,  jaringan listrik saja belum ada. Suasana belajar masih jauh dari kata nyaman, di saat murid-murid di pulau jawa bisa nyaman dengan fasilitas AC, lantai keramik dan dinding bambu.

Memang hal ini juga dilatarbelakangi oleh Wilayah Indonesia yang luas membuat sebagian warga tersebut tidak dapat menikmati proses pendidikan dan fasilitas lainnya yang diberikan oleh pemerintah kepada anak bangsa. Harus diakui juga bahwa faktor sarana dan prasarana penghubung seperti jalan, jembatan dan lain sebagainya memberikan pengaruh terhadap kurangnya akses yang dapat dirasakan oleh penduduk di daerah terpencil.

Selain fasilitas, aspek lain yang menjadi kendala juga berkaitan dengan para pendidiknya itu sendiri. Di dearah terpencil dan terluar distibusi guru yang berkualitas dan profesional masih sangat kurang. Mungkin, ini disebabkan kesejahteraan guru, apalagi yang non PNS di dearah belum memadai. Sehingga kesadaran para guru yang berada di perkotaan untuk mengabdi di pedesaan masih sangat rendah.

Maka harus Harus ada upaya untuk menciptakan pemerataan, misalnya dengan mendirikan pusat-pusat keunggulan pendidikan berbagai daerah, terutama di Indonesia Tengah dan Indonesia Timur. Harus ada upaya memenuhi kebutuhan sekolah di berbagai tingkatan, terutama di tingkat menengah. Selain itu, harus dipikirkan untuk memastikan bahwa masyarakat dari berbagai tingkatan ekonomi dapat menjangkau pendidikan yang berkualitas. Selain itu hendaknya ada pembinaan rutin terhadap guru-guru pedesaan dan daerah terpencil.

Untuk mengentaskan permasalahan ini, kita tidak bisa hanya mengadalkan pemerintah saja selaku pemangku kebijakan. Namun selaku warga bangsa, apalagi kami kalangan mahasiswa yang konon katanya adalah kaun terdidik, turut bertanggung jawab turut ambil bagian mencerdaskan bangsa ini dengan menyebarkan ilmu yang sudah didapat kepada anak-anak yang belum mendapat akses informasi dan pendidikan yang memadai tersebut.

Ke depan, saya bermimpi bahwa semua anak-anak di Indonesia dari sabang sampai maraoke dapat mengenyam pendidikan yang lebih layak dengan fasilitas yang memadai. Saya juga ingin terlibat langsung dalam proses mendidik. Mendidik tidak hanya terkotak dalam kelas, sekolah, tapi mendidik bisa melalui berbagai cara. Semoga, suatu saat sepuluh atau lima belas tahun yang akan datang, saat output pendidikan sudah dapat kita lihat, kita dapat berkata...

"  Saya ikut hadir, saya terlibat dalam proses itu. Sekecil apapun saya ikut mendidik generasi lebih baik. saya sada di sana...Saya ikut melahirkan generasi baru dan ikut berkontribusi membuat wajah Indonesia yang lebih cemerlang, dan membanggakan..."